Jumat, 06 Mei 2011
Rabu, 01 Desember 2010
Lirik Lagu SNSD – Hoot
Ooh~
nun kkambbak hal sai neon tto Check it Out~!
jina ganeun yeojadeul geuman jom bwa
anin cheok motdeureun cheok, gashi bakhin ko useum, isanghae da da da
jogeum man naege chinjeol hamyeon eottae, mu ttukttuk han maltu neomu apa nan
ireon ge iksok haejyeo, ganeun geon jeongmal shilheo, soksanghae da da da
eodil chyeoda bwa, nan yeogi itneunde
neottae mune nae ma eumeun, gabot ibgo ijen naega matseo julge
ni hwasareun Trouble! Trouble! Trouble! nareul no ryeosseo
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
dogi bae in ni mare na, sangcheo ibgodo dashi jundu beonjjae Chance
neon yeokshi Trouble! Trouble! Trouble! ttaereul no ryeosseo
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
Ah ah~
dareun yeoja ye hamjeonge puk bbajyeot dani?
byeon myeong kkeut! neon ajikdo jeongshin mot charigo itji
geu taedoro joheun, yeoja mot mannal geoda, yeongwonhi neon, neon, neon
chakgak mara neon, kyupideu ga anya (neo malya)
neottae mune nae ma eumeun, gabot ibgo ijen naega matseo julge
(naega matseo julge Oh)
ni hwasareun Trouble! Trouble! Trouble! nareul no ryeosseo
(neoneun Trouble Oh Trouble)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
dogi bae in ni mare na, sangcheo ibgodo dashi jundu beonjjae Chance
(dashi jun du beonjjae Chance)
neon yeokshi Trouble! Trouble! Trouble! ttaereul no ryeosseo
(Trouble! Trouble! Trouble! yeah~)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot! (Woo~)
mulsoge seo tteuryeo myeon gara antge
naega maldeun Circle neoneun gak jige
mudji anheun mare daedab man tto hae
(Sica Yuri) geuraedo nan neocheoreom hwasareun an sseulge (Oh~ yeah)
neottae mune nae ma eumeun, gabot ibgo ijen naega matseo julge
(ijen naega matseo julge)
ni hwasareun Trouble! Trouble! Trouble! nareul no ryeosseo
(Trouble! Trouble! Trouble!)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
dogi bae in ni mare na, sangcheo ibgodo dashi jundu beonjjae Chance
(Oh~ du beonjjae Chance)
neon yeokshi Trouble! Trouble! Trouble! ttaereul no ryeosseo (Trouble Trouble)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
nun kkambbak hal sai neon tto Check it Out~!
jina ganeun yeojadeul geuman jom bwa
anin cheok motdeureun cheok, gashi bakhin ko useum, isanghae da da da
jogeum man naege chinjeol hamyeon eottae, mu ttukttuk han maltu neomu apa nan
ireon ge iksok haejyeo, ganeun geon jeongmal shilheo, soksanghae da da da
eodil chyeoda bwa, nan yeogi itneunde
neottae mune nae ma eumeun, gabot ibgo ijen naega matseo julge
ni hwasareun Trouble! Trouble! Trouble! nareul no ryeosseo
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
dogi bae in ni mare na, sangcheo ibgodo dashi jundu beonjjae Chance
neon yeokshi Trouble! Trouble! Trouble! ttaereul no ryeosseo
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
Ah ah~
dareun yeoja ye hamjeonge puk bbajyeot dani?
byeon myeong kkeut! neon ajikdo jeongshin mot charigo itji
geu taedoro joheun, yeoja mot mannal geoda, yeongwonhi neon, neon, neon
chakgak mara neon, kyupideu ga anya (neo malya)
neottae mune nae ma eumeun, gabot ibgo ijen naega matseo julge
(naega matseo julge Oh)
ni hwasareun Trouble! Trouble! Trouble! nareul no ryeosseo
(neoneun Trouble Oh Trouble)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
dogi bae in ni mare na, sangcheo ibgodo dashi jundu beonjjae Chance
(dashi jun du beonjjae Chance)
neon yeokshi Trouble! Trouble! Trouble! ttaereul no ryeosseo
(Trouble! Trouble! Trouble! yeah~)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot! (Woo~)
mulsoge seo tteuryeo myeon gara antge
naega maldeun Circle neoneun gak jige
mudji anheun mare daedab man tto hae
(Sica Yuri) geuraedo nan neocheoreom hwasareun an sseulge (Oh~ yeah)
neottae mune nae ma eumeun, gabot ibgo ijen naega matseo julge
(ijen naega matseo julge)
ni hwasareun Trouble! Trouble! Trouble! nareul no ryeosseo
(Trouble! Trouble! Trouble!)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
dogi bae in ni mare na, sangcheo ibgodo dashi jundu beonjjae Chance
(Oh~ du beonjjae Chance)
neon yeokshi Trouble! Trouble! Trouble! ttaereul no ryeosseo (Trouble Trouble)
neoneun Shoot! Shoot! Shoot! naneun hoot! hoot! hoot!
Sabtu, 27 November 2010
ENTREPRENEURSHIP
Merupaka jiwa wirausaha yang sangat diperlukan. Dengan memiliki jiwa wirausahwa, kita tidak terpaku pada urusan mencari pekerjaan, melainkan justru menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan dibekali jiwa wirausaha yang baik, tanpa menciptakan lapangan kerja sendiripun, kita akan bisa bekerja secara mandiri. Misalnya mampu membuat analisi, perencanaan, serta melakukan proses pelaporan yang baik.
3 Langkah Besar:
Entrepreneur haruslah selalu inovatif. Inovasi yang dihasilkan di sini bukanlah sekadar berpikir kreatif. Bibit inovasi harus dimulai dari kemampuan untuk berpikir inovatif (innovation thinking skills). Menurut Rhenald, tidaklah sulit untuk menjadi untuk menjadi seorang wirausahawan yang inovatif. Ada Sembilan langkah inovasi yang dikelompokkan dalam 3 langkah besar, yaitu:
• Mencari informasi, menemukan permasalahn, & membuat tujuan inovatif.
• Mencari stimulasi, menemukan pandangan baru, dan mengidentifikasi ide.
• Membuat pemetaan inovai, memiliki komitmen pada rencana pemetaan tersebut, serta menjalankannya.
Rhenald Kasali, Ph.D dalam salah satu seminar tentang wirausaha akhir April 2004 lalu mengatakan, wirausaha adalah persoalan cara berpikir (mindset). Menurutnya, banyak cara berpikir kita selama ini yang bekerja kantoran daripada membuka usaha sendiri karena merasa bekerja kantoran lebih member rasa “aman”. Kita juga kerap ragu-ragu untuk melakukan sesuatu karena belum apa-apa sudah takut gagal. Tentu saja sifat-sifat ini bisa diperbaiki. Peran orang tua, guru dan lingkungan amatlah penting untuk mendukung. Sifat-sifat pendukung ini yaitu, percaya diri, mandiri & bertanggung jawab. Selain 3 sifat tersebut, ada sifat lain yang bisa mendukung jiwa wirausaha, yaitu fleksibel, mampu menyesuaikan diri, mampu bersosialisasi & mampu bertoleransi dengan baik.
Menghitung Risiko
Inilah sikap-sikap yang mendukung lahirnya jiwa wirausaha dalam menghitung risiko:
• Berpikir sederhana, namun penuh perhitungan. Meskipun memiliki cita-cita setinggi langit, namun tidak memulai hal besar yang berada di luar kemampuannya. Mulailah dari hal kecil, dengan penuh perhitungan atas risikonya.
• Selalu mencari peluang dan bersikap panjang akal. Kreatif & imajinatif, serta tak mudah putus asa ketika menghadapi kendala.
• Menemukan hal-hal baru. Tidak puas jika menjadi peniru, alias selalu ingin menjadi pionir.
• Antusias. Bersemangat menjalani aktivitas yang dia lakukan.
3 Langkah Besar:
Entrepreneur haruslah selalu inovatif. Inovasi yang dihasilkan di sini bukanlah sekadar berpikir kreatif. Bibit inovasi harus dimulai dari kemampuan untuk berpikir inovatif (innovation thinking skills). Menurut Rhenald, tidaklah sulit untuk menjadi untuk menjadi seorang wirausahawan yang inovatif. Ada Sembilan langkah inovasi yang dikelompokkan dalam 3 langkah besar, yaitu:
• Mencari informasi, menemukan permasalahn, & membuat tujuan inovatif.
• Mencari stimulasi, menemukan pandangan baru, dan mengidentifikasi ide.
• Membuat pemetaan inovai, memiliki komitmen pada rencana pemetaan tersebut, serta menjalankannya.
Rhenald Kasali, Ph.D dalam salah satu seminar tentang wirausaha akhir April 2004 lalu mengatakan, wirausaha adalah persoalan cara berpikir (mindset). Menurutnya, banyak cara berpikir kita selama ini yang bekerja kantoran daripada membuka usaha sendiri karena merasa bekerja kantoran lebih member rasa “aman”. Kita juga kerap ragu-ragu untuk melakukan sesuatu karena belum apa-apa sudah takut gagal. Tentu saja sifat-sifat ini bisa diperbaiki. Peran orang tua, guru dan lingkungan amatlah penting untuk mendukung. Sifat-sifat pendukung ini yaitu, percaya diri, mandiri & bertanggung jawab. Selain 3 sifat tersebut, ada sifat lain yang bisa mendukung jiwa wirausaha, yaitu fleksibel, mampu menyesuaikan diri, mampu bersosialisasi & mampu bertoleransi dengan baik.
Menghitung Risiko
Inilah sikap-sikap yang mendukung lahirnya jiwa wirausaha dalam menghitung risiko:
• Berpikir sederhana, namun penuh perhitungan. Meskipun memiliki cita-cita setinggi langit, namun tidak memulai hal besar yang berada di luar kemampuannya. Mulailah dari hal kecil, dengan penuh perhitungan atas risikonya.
• Selalu mencari peluang dan bersikap panjang akal. Kreatif & imajinatif, serta tak mudah putus asa ketika menghadapi kendala.
• Menemukan hal-hal baru. Tidak puas jika menjadi peniru, alias selalu ingin menjadi pionir.
• Antusias. Bersemangat menjalani aktivitas yang dia lakukan.
Jumat, 12 November 2010
BEBERAPA MAKANAN TERTENTU YANG BISA MEMPERBAIKI SUASANA HATI
• Coklat dan Ice Cream
Penelitian membuktikan 2 macam makanan ini bisa menghilangkan rasa bad mood. Jadi apa salahnya kalau dicoba, hanya saja ingat, perhatikan jumlahnya, karena mengonsumsi cokelat atau ice cream berlebihan bisa memicu kegemukan.
• Selenium-Contained Food
Selenium itu sejenis gizi yang berfungsi memperbaiki suasana hati, meningkatkan kerja otak, dan daya tahan tubuh. Biasanya makanan yang mengandung selenium itu ada pada makanan yang memiliki kadar protein tinggi, seperti ikan (air tawar atau kerang laut), kerang-kerangan, daging sapi, daging ayam, telur, tomat, bawang putih, tempe, tahu dan yoghurt. Penelitian di AS pada tahun 1996 & 1988 membuktikan kalau orang yang tubuhnya memiliki kadar selenium rendah itu lebih cepat marah, uring-uringan, depresi, dan gampang bosan.
• Makanan Berbumbu Pala
Penelitian bilang kalau pala itu bisa meningkatkan kerja setonin, hormon yang ada dalam sel-sel otak ini adalah neurotransmitter (penghantar sinyal saraf). Serotonin yang dihasilkan oleh tubuh dari asam amino ini punya fungsi mengendalikan &mengontrol suasana hati dengan cara memberikan efek tidur dan ketenangan dalam pikiran, punya peran penting dalam pikiran, punya peran penting dalam mengatur amarah dan agresivitas, serta menciptakan rasa senang dan melepas depresi. Cuma hati-hati, konsumsi berlebihan terhadap makanan berbumbu pala malah bisa jadi racun buat tubuh.
• Daun Sirih
Selain berfungsi sebagai antiseptik yang bisa mengusir bau mulut, penyakit gigi dan gusi, serta membersihkan organ kewanitaan, juga dipercaya punya efek memberikan ketenangan dan meningkatkan konsentrasi.
Penelitian membuktikan 2 macam makanan ini bisa menghilangkan rasa bad mood. Jadi apa salahnya kalau dicoba, hanya saja ingat, perhatikan jumlahnya, karena mengonsumsi cokelat atau ice cream berlebihan bisa memicu kegemukan.
• Selenium-Contained Food
Selenium itu sejenis gizi yang berfungsi memperbaiki suasana hati, meningkatkan kerja otak, dan daya tahan tubuh. Biasanya makanan yang mengandung selenium itu ada pada makanan yang memiliki kadar protein tinggi, seperti ikan (air tawar atau kerang laut), kerang-kerangan, daging sapi, daging ayam, telur, tomat, bawang putih, tempe, tahu dan yoghurt. Penelitian di AS pada tahun 1996 & 1988 membuktikan kalau orang yang tubuhnya memiliki kadar selenium rendah itu lebih cepat marah, uring-uringan, depresi, dan gampang bosan.
• Makanan Berbumbu Pala
Penelitian bilang kalau pala itu bisa meningkatkan kerja setonin, hormon yang ada dalam sel-sel otak ini adalah neurotransmitter (penghantar sinyal saraf). Serotonin yang dihasilkan oleh tubuh dari asam amino ini punya fungsi mengendalikan &mengontrol suasana hati dengan cara memberikan efek tidur dan ketenangan dalam pikiran, punya peran penting dalam pikiran, punya peran penting dalam mengatur amarah dan agresivitas, serta menciptakan rasa senang dan melepas depresi. Cuma hati-hati, konsumsi berlebihan terhadap makanan berbumbu pala malah bisa jadi racun buat tubuh.
• Daun Sirih
Selain berfungsi sebagai antiseptik yang bisa mengusir bau mulut, penyakit gigi dan gusi, serta membersihkan organ kewanitaan, juga dipercaya punya efek memberikan ketenangan dan meningkatkan konsentrasi.
SINGLE IS FUN!!
“Udah berapa jadi jomblo?”;”Kenapa ga cari pacar sih?”;bahkan “Jangan-jangan kamu…”; dan kata-kata lain sejenis dari teman sebaya dan orang di sekitar kita kadang membuat kita berpikir bahwa jadi jomblo itu salah, bahkan kutukan. Belum lagi situasi dan keadaan di luar sana. Saat kita mendengarkan music, genre musiknya love song; saat nonton televise, acaranya cinta-cintaan; saat baca majalah, topic-topiknya soal pasangan-pasangan artis terbaru; waktu jalan-jalan ke mall, semua jalan dengan pasangannya masing-masing.
Semua itu tambah membuat kita berpikir bahwa jomblo itu salah dan karena itu kita menjadi tidak bisa menikmati hidup. Padahal jadi jomblo itu sama sekali tidak salah. Sebenarnya, menjadi jobmblo itu adalah waktu yang baik dan menguntungkan! Kenapa bisa? Berikut poin-poin di bawah ini. ^_^
1. Meningkatkan diri
Menjadi jomblo bukan berarti kita jadi pasif dan tidak melakukan apa-apa sambil menunggu Tuhan mengirimkan seoran “pangeran” atau “putri” buat kita. Saat kamu mencari “the prince” atau “the princess”, ingatlah bahwa mereka itu juga mencari mu. Artinya, kalau kamu mau mendapatkan pacar yang terbaik (seiman, baik, sabar, pintar, dan segala maca, tergantung criteria pribadi masing-masing orang), maka kamu juga HARUS BISA JADI CALON PACAR YANG TERBAIK.
Jadi, kalau sekarang ini kamu sedang jomblo, gunakan masa-masa ini buat meningkatkan dirimu jad lebih baik, secara penampilan maupun karakter. Penampilan yang baik itu memang perlu, tapi kalau karakternya buruk sama saja bohong. Tingkatkan karaktermu menjadi lebih baik saat kamu sedang “kosong”.
2. Berprestasi
Ini bukan berarti kamu tidak perlu menikah. Yang terpenting di sini adalah menjadi jomblo itu seharusnya membuat kita bisa melakukan lebih banyak hal. Bayangkan, kalau kamu tidak perlu membagi waktu dan prioritasmu dengan orang lain, pasti kamu bakalan punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal lain, yang bermafaat tentunya.
Jadi, saat kamu jomblo, kamu tidak perlu bingung. Anggaplah masa ini sebagai berkat dan gunakan waktu jomblo ini untuk berprestasi dan menjadi dampak buat orang-orang yang ada di sekitarmu, melalui waktu, bakat dan sebagainya. Belajarlah dengan giat di sekolah atau kampusmu dan CETAKLAH PRESTASI. Bekerjalah dengan smart dan tingkatkan kapasitas diri di tempat kerja kalau sekarang kamu sudah berkerja. Pakailah waktu ini untuk melakukan yang terbaik, bukan hanya untuk dirimu sendiri, namun juga untuk membuat orang-orang yang menyayangimu bangga.
Semua itu tambah membuat kita berpikir bahwa jomblo itu salah dan karena itu kita menjadi tidak bisa menikmati hidup. Padahal jadi jomblo itu sama sekali tidak salah. Sebenarnya, menjadi jobmblo itu adalah waktu yang baik dan menguntungkan! Kenapa bisa? Berikut poin-poin di bawah ini. ^_^
1. Meningkatkan diri
Menjadi jomblo bukan berarti kita jadi pasif dan tidak melakukan apa-apa sambil menunggu Tuhan mengirimkan seoran “pangeran” atau “putri” buat kita. Saat kamu mencari “the prince” atau “the princess”, ingatlah bahwa mereka itu juga mencari mu. Artinya, kalau kamu mau mendapatkan pacar yang terbaik (seiman, baik, sabar, pintar, dan segala maca, tergantung criteria pribadi masing-masing orang), maka kamu juga HARUS BISA JADI CALON PACAR YANG TERBAIK.
Jadi, kalau sekarang ini kamu sedang jomblo, gunakan masa-masa ini buat meningkatkan dirimu jad lebih baik, secara penampilan maupun karakter. Penampilan yang baik itu memang perlu, tapi kalau karakternya buruk sama saja bohong. Tingkatkan karaktermu menjadi lebih baik saat kamu sedang “kosong”.
2. Berprestasi
Ini bukan berarti kamu tidak perlu menikah. Yang terpenting di sini adalah menjadi jomblo itu seharusnya membuat kita bisa melakukan lebih banyak hal. Bayangkan, kalau kamu tidak perlu membagi waktu dan prioritasmu dengan orang lain, pasti kamu bakalan punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal lain, yang bermafaat tentunya.
Jadi, saat kamu jomblo, kamu tidak perlu bingung. Anggaplah masa ini sebagai berkat dan gunakan waktu jomblo ini untuk berprestasi dan menjadi dampak buat orang-orang yang ada di sekitarmu, melalui waktu, bakat dan sebagainya. Belajarlah dengan giat di sekolah atau kampusmu dan CETAKLAH PRESTASI. Bekerjalah dengan smart dan tingkatkan kapasitas diri di tempat kerja kalau sekarang kamu sudah berkerja. Pakailah waktu ini untuk melakukan yang terbaik, bukan hanya untuk dirimu sendiri, namun juga untuk membuat orang-orang yang menyayangimu bangga.
Liku-liku Mengasuh Anak Berbakat
Tanpa diasah, manalah mungkin batu permata memancarkan keindahannya. Demikian pula anak berbakat. Dalam peringatan The Solo Years, 30th Anniversary Celebrition, yang diadakan untuk King of Pop Michael Jackson (47) pada tanggal 7 dan 10 September 2001, duduk di deretan depan bintan Home Alone Macaulay Culkin (27). Mereka memang bersahabat. Kepada New York Magazine, Mac mengakui persahabatannya dengan Michael didasari persamaan, tumbuh di bawah tatapan para penonton. “Tanpa sadar kami terus menjadi anak-anak berusia 8 tahun karena saat masa itu datang kami tidak mempunyai kesempatan menikmatinya.”
Misi semula mengembangkan bakat anak, tanpa sadar melenceng akibat kilauan harta. Dengan segala kesulitan itu, teori seleksi alam tetap berlaku. Hanya yang benar-benar menghayati perannya yang mampu bertahan & berkembang. Untuk mengambil contoh dari tanah air, Sherina, Angie Widjaja, & Joshua. Bagaimana gambaran lika-liku mengasah bakat mereka?
PEMBIASAAN DINI
“Soal berbakat atau tidak, nanti akan terlihat. Setidaknya, anak terlatih belajar berdisiplin. Kalau dimulai saat dewasa, akan lebih sulit berkembang,” tutur Luki ibu Sherina.
PILAH-PILIH PROSES BELAJAR
Sherina(15) bersama Luki yang juga merangkap menjadi manajer, baru memutuskan untuk tampil dalam pertunjukkan paling hanya 1 kali dalam sebulan. Karena Luki melihat tugas utamanya adalah sebagi pelajar. Tak heran bila ia berusahan selektif dalam memilih pementasan yang bisa diikuti Sherina. Artinya, dari pementasan tersebut putrinya dapat menimba ilmu lebih dalam tentang soal apapun, tak hanya soal menyanyi dan bermain music, tapi juga mengenal proses belajar.
TAK BANYAK TAHU UANG
Implikasinya, Joshua makin terkenal, keeping rupiah pun mengalir deras ke koceknya. Benarkah? Ternyata tidak. Orang tuanyalah yang mengelola keuangan Joshua. “Itu agar Joshua tidak merasa berbeda dengan adiknya, karena merasa sudah mencari uang sendiri,” tutur Jedy yang menuturkan bahwa tanpa cara itu pun sebenarnya sudah ada masalah, yakni soal kecemburuan antara adik-kakak, antara Joshua dan Jose.
Luki (ibu Sherina) pun tidak menghendaki putrinya mengenal uang sejak kecil. “Ia tidak pernah tahu berapa honor yang diterima.” Saat Sherina ngebet ingin membuat album, Luki akan jujur bahwa mereka tidak cukup uang untuk tujuan itu.
“BEBAS” SETELAH SMU
Minimal anak lulus SMU, selanjutnya mereka sendiri yang menentukan. “Kemauannya (Sherina) memang banyak. Sebab itu kami memberi kesempatan seluas-luasnya pada apa yang diminati, agar ia tidak hanya terpaku pada satu keahlian,” kata Luki. Paham pemikiran ini memberikan anak kebebasan penuh dalam menentukan pilihan, meski tentu jangan pula sampai kebablasan
Daftar Pustaka : Sumber: Brilyantini, 2004, Kumpulan Artikel Psikologi Anak, PT Intisari Mediatama, Jakarta
Misi semula mengembangkan bakat anak, tanpa sadar melenceng akibat kilauan harta. Dengan segala kesulitan itu, teori seleksi alam tetap berlaku. Hanya yang benar-benar menghayati perannya yang mampu bertahan & berkembang. Untuk mengambil contoh dari tanah air, Sherina, Angie Widjaja, & Joshua. Bagaimana gambaran lika-liku mengasah bakat mereka?
PEMBIASAAN DINI
“Soal berbakat atau tidak, nanti akan terlihat. Setidaknya, anak terlatih belajar berdisiplin. Kalau dimulai saat dewasa, akan lebih sulit berkembang,” tutur Luki ibu Sherina.
PILAH-PILIH PROSES BELAJAR
Sherina(15) bersama Luki yang juga merangkap menjadi manajer, baru memutuskan untuk tampil dalam pertunjukkan paling hanya 1 kali dalam sebulan. Karena Luki melihat tugas utamanya adalah sebagi pelajar. Tak heran bila ia berusahan selektif dalam memilih pementasan yang bisa diikuti Sherina. Artinya, dari pementasan tersebut putrinya dapat menimba ilmu lebih dalam tentang soal apapun, tak hanya soal menyanyi dan bermain music, tapi juga mengenal proses belajar.
TAK BANYAK TAHU UANG
Implikasinya, Joshua makin terkenal, keeping rupiah pun mengalir deras ke koceknya. Benarkah? Ternyata tidak. Orang tuanyalah yang mengelola keuangan Joshua. “Itu agar Joshua tidak merasa berbeda dengan adiknya, karena merasa sudah mencari uang sendiri,” tutur Jedy yang menuturkan bahwa tanpa cara itu pun sebenarnya sudah ada masalah, yakni soal kecemburuan antara adik-kakak, antara Joshua dan Jose.
Luki (ibu Sherina) pun tidak menghendaki putrinya mengenal uang sejak kecil. “Ia tidak pernah tahu berapa honor yang diterima.” Saat Sherina ngebet ingin membuat album, Luki akan jujur bahwa mereka tidak cukup uang untuk tujuan itu.
“BEBAS” SETELAH SMU
Minimal anak lulus SMU, selanjutnya mereka sendiri yang menentukan. “Kemauannya (Sherina) memang banyak. Sebab itu kami memberi kesempatan seluas-luasnya pada apa yang diminati, agar ia tidak hanya terpaku pada satu keahlian,” kata Luki. Paham pemikiran ini memberikan anak kebebasan penuh dalam menentukan pilihan, meski tentu jangan pula sampai kebablasan
Daftar Pustaka : Sumber: Brilyantini, 2004, Kumpulan Artikel Psikologi Anak, PT Intisari Mediatama, Jakarta
MEREDAKAN LEDAKAN EMOSI SI KECIL
Nicho adalah anak yang sangat aktif. Sebagaimana anak kecil pada umumnya, di saat-saat tertentu, Nicho pun suka ngambek. Mainannya bisa ia banting, segala bujuk rayu ibunya tak mempan untuk menenangkan bocah ini. Mengapa anak sekecil ini bisa berlaku kasar seperti itu? Sudah pasti orang tuanya tidak pernah mengajarkan demikian. Apa yang dialami Nicho adalah reaksi memuncak yang berbentuk ledakan emosi tak terkontrol. Bentuk kemarahan atau frustasi ini dikenal dengan nama temper tantrum (lebih sering disebut tantrum)
Bentuk tantrum bisa bermacam-macam, mulai dari menjerit, menangis berguling-guling, merengek, membanting, mogok mengerjakan sesuatu, menendang atau memukul. Ketika “kumat” sebetulnya anak sedang mengalami masalah. Dia tidak memahami kenapa bisa begini, atau begitu. Karena si anak tidak memahami apa keinginannya itulah, maka timbullah impulsive behavior dalam bentuk tantrum ini.
REAKSI ILMIAH
Menurut Jacinta F. Rini, Msi, project consultant dari Harmawan Consulting, setiap anak usia 1-3 tahun sering kali melampiaskan perasaan dalam bentuk tantrum. Ini sangat ilmiah, karena mereka belum tahu cara mengekspresikan emosi dengan benar. Pada usia-usia tersebut anak sudah memiliki will power, keinginan melakukan hal-hal tertentu sendiri. Ledakan emosi ini kerap menumbuhkan power struggle antara anak & orang tua.
Terlebih ketika anak mulai membangun sense of self (rasa keakuan) yang kuat. Anak mulai berpikir, “Aku ingin melakukannya sendiri” atau “Aku ingin barang itu!” Keinginan yang tak sebanding dengan kemampuan untuk mengungkapkan inilah yang lantas menimbulkan tantrum. Kerap atau tidaknya tantrum muncul, berbeda dengan anak yang 1 dengan yg lainnya. Yang sering membuat orang tua bingung adalah ketika bentuk tantrumnya sudah dianggap “kelewatan” & tak terkendali.
Sebetulnya, ledakan emosi yang tak terkontrol ini juga membuat si anak tersiksa. Biasanya, ketika tantrum sudah mereda, si anak akan merasa kelelehan, & juga merasa kesal karena tujuan yang dia inginkan belum tercapai. Dia juga kesal, karena tidak bisa mengendalikan emosinya.
AKIBAT FRUSTASI
Tantrum seringkali merupakan hasil dari rasa frustasi si anak terhadap hal di sekitarnya, karena ia tidak dapat mendapatkan apa yang dia inginkan. Padahal, rasa frustasi adalah bagian yang tak bisa dihindari, karena merupakan hal yang dipelajari oleh seorang anak untuk mengetahui bagaimana orang lain, benda, atau tubuhnya sendiri bekerja. Secara garis besar penyebab tantrum adalah karena anak ingin mencari perhatian, lelah, lapar, tidak mampu mengungkapkan diri, tidak terpenuhinya kebutuhan, & merasa tidak aman.
Setelah mereka berusian 3 tahun, Anda bisa mengajari buah hati untuk mengungkapkan secara verbal perasaannya. Anak juga perlu diajari, bahwa rasa marah adalah normal, asal dikendalikan secara tepat. Temper tantrum mulai berkurang saat anak memasuki usia sekolah. Semakin besar anak, orang tua bisa mengingatkannya, mengajari mereka untuk menghitung sampai 10 juga bisa dijadikan salah 1 cara untuk mengontol kemarahan.
Untuk mengataisi masalah ini, orang tua pun harus menanganinya secara tepat. Orang tua yang selalu meluluskan permintaan anak yang dicetuskan dalam tantrum, membuat anak merasa “sukses” melancarkan aksinya. “Akibatnya, tindakan ini akan diulanginya lagi,” papar Jacinta yang menyelesaikan di bidang psikologi klinis di Universitas Indonesia.
Tantrum juga bisa dijadikan alat tes anak terhadap orang tuanya. “Lewat cara learning by experiencing, anak akan tahu, sampai batas mana orang tua bisa tahan terhadap rengekan atau teriakan si anak,” tandas wanita bersuara lembut ini serius.
BIARKAN SENDIRI
Tindakan pertama yang harus segera dilakukan ketika anak sedang tantrum, adalah membiarkannya sendiri, selama itu memungkinkan. Anda juga bisa mencoba mengajarinya mengontrol diri lewat hal-hal kecil dengan pertanyaan-pertnyaan pilihan, hindari penggunaan kata-kata yang membuat anak hanya menjawab dengan “ya” atau “enggak”. Jika anak marah karena menginginkan sesuatu, pertimbangkan keinginan tersebut dengan serius. Mungkin saja karena ia tidak tahu cara yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya, sehingga dia marah hanya untuk sebuah keinginan yang sederhana.
HINDARI HUKUMAN FISIK
Tetap tenang adalah hal terpenting menghadapi tantrum. Anak akan menjadikan Anda sebagai contoh, jadilah contoh yang baik dengan cara tenang & tidak berteriak saat Anda sedang marah. Teriakan atau hukuman fisik hanya akan diterima oleh anak sebagai sinyal penggunaan kekuatan. “Cara marah dari orang tua atau orang dewasa di sekitar anak, bisa menjadi role model bagi anak,” tutur Jacinta.
Menghukum anak bukanlah cara yang tepat, karena anak mendapat hukuman atas tindakan yang sebetulnya tidak bisa dia kendalikan. Ketika anak tantrum, orang tua harus bisa mengalihkan perhatian anak.mengalihkan perhatian ini berguna, agar orang tua tidak lelah & terbawa emosi. Jika tantrumnya sudah lewat, barulah orang tua bisa mencari tahu apa penyebabnya. Dekapan hangat & ucapan lembut akan membuat si anak dapat mengontrol dirinya kembali. “ Jadi, bukan orang tua yang menanamkan apa yang harus dilakukan oleh anak, tapi orang tua membantu agar anak menemukan sendiri apa yang membuat dia kesal & menemukan jalan keluarnya.”
CARA MENGATASINYA
1. Beri dukungan &bantuan
Pada saat tantrum anak membutuhkan orang tua yang bisa mendengarkan mereka. Peluk pundak anak, & ucapkan kata-kata penuh pengertian.
2. Mengacuhkan tantrum anak
Selama hal itu tidak berbahaya, abaikan dia. Kalau perlu, pindah ke ruangan lain, sehingga tidak ada lagi yang memperhatikan anak yang sedang tantrum. Katakan saja padanya, “Ibu tahu adik sedang marah, Ibu akan meninggalkan kamu sampai kamu tenang. Bila pada Ibu begitu adik sudah siap untuk bicara.”
3. Antisipasi tantrum
Hindari hal yang tak perlu yang tak disukai anak, & bisa memicu tantrum. Beberapa jenis tantrum bisa dicegah dengan tidak melarang anak melakukan sesuatu secara tiba-tiba, melainkan member peringatan beberapa menit sebelum mereka melakukannya.
4. Beri waktu jeda
Kalau tantrumnya terlalu agresif & tak mungkin diabaikan oleh orang tua, pindahkan anak ke ruangan yang agak sepi selama 2-5 menit. Suruhlan anak untuk diam di kursi, di sudut, atau dikamarnya, sekitar 5 menit. Tekankan kepadanya bahwa dia harus berada di tempat tersebut, sampai bisa mengendalikan dirinya. Bila tantrum terjadi di tempat ramai, angkat lah anak ke tempat yang lebih lenggang, berilah pelukan yang menenangkan. Ketika sudah tenang, barulah anak bisa diberi pengertian mengenai keinginannya tadi.
AJAK DIALOG
Dalam dialog tersebut, buatlah agar anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. “Bukan orang tua yang menanamkan bahwa si anak harus begini atau begitu, karena anak akan tambah frustasi,” Jacinta mengingatkan. Misalnya bertanyalah seperti, “Kenapa tadi adik marah? Adik kesal ya? Kenapa adik kesal? Dada adik terasa sesak? Adik ingi apa sebetulnya?” akan membuat anak mengerti tentang penyebab rasa marah yang tadi meledak.
Menuru Jacinta, pelajarn pengenalan emosi akan membuat anak bisa mengendalikan dirinya ketika emosi tersebut datang. Selain itu juga bisa mengajak anak untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Daftar Pustaka: Brilyantini, 2004, Kumpulan Artikel Psikologi Anak, PT Intisari Mediatama, Jakarta
Bentuk tantrum bisa bermacam-macam, mulai dari menjerit, menangis berguling-guling, merengek, membanting, mogok mengerjakan sesuatu, menendang atau memukul. Ketika “kumat” sebetulnya anak sedang mengalami masalah. Dia tidak memahami kenapa bisa begini, atau begitu. Karena si anak tidak memahami apa keinginannya itulah, maka timbullah impulsive behavior dalam bentuk tantrum ini.
REAKSI ILMIAH
Menurut Jacinta F. Rini, Msi, project consultant dari Harmawan Consulting, setiap anak usia 1-3 tahun sering kali melampiaskan perasaan dalam bentuk tantrum. Ini sangat ilmiah, karena mereka belum tahu cara mengekspresikan emosi dengan benar. Pada usia-usia tersebut anak sudah memiliki will power, keinginan melakukan hal-hal tertentu sendiri. Ledakan emosi ini kerap menumbuhkan power struggle antara anak & orang tua.
Terlebih ketika anak mulai membangun sense of self (rasa keakuan) yang kuat. Anak mulai berpikir, “Aku ingin melakukannya sendiri” atau “Aku ingin barang itu!” Keinginan yang tak sebanding dengan kemampuan untuk mengungkapkan inilah yang lantas menimbulkan tantrum. Kerap atau tidaknya tantrum muncul, berbeda dengan anak yang 1 dengan yg lainnya. Yang sering membuat orang tua bingung adalah ketika bentuk tantrumnya sudah dianggap “kelewatan” & tak terkendali.
Sebetulnya, ledakan emosi yang tak terkontrol ini juga membuat si anak tersiksa. Biasanya, ketika tantrum sudah mereda, si anak akan merasa kelelehan, & juga merasa kesal karena tujuan yang dia inginkan belum tercapai. Dia juga kesal, karena tidak bisa mengendalikan emosinya.
AKIBAT FRUSTASI
Tantrum seringkali merupakan hasil dari rasa frustasi si anak terhadap hal di sekitarnya, karena ia tidak dapat mendapatkan apa yang dia inginkan. Padahal, rasa frustasi adalah bagian yang tak bisa dihindari, karena merupakan hal yang dipelajari oleh seorang anak untuk mengetahui bagaimana orang lain, benda, atau tubuhnya sendiri bekerja. Secara garis besar penyebab tantrum adalah karena anak ingin mencari perhatian, lelah, lapar, tidak mampu mengungkapkan diri, tidak terpenuhinya kebutuhan, & merasa tidak aman.
Setelah mereka berusian 3 tahun, Anda bisa mengajari buah hati untuk mengungkapkan secara verbal perasaannya. Anak juga perlu diajari, bahwa rasa marah adalah normal, asal dikendalikan secara tepat. Temper tantrum mulai berkurang saat anak memasuki usia sekolah. Semakin besar anak, orang tua bisa mengingatkannya, mengajari mereka untuk menghitung sampai 10 juga bisa dijadikan salah 1 cara untuk mengontol kemarahan.
Untuk mengataisi masalah ini, orang tua pun harus menanganinya secara tepat. Orang tua yang selalu meluluskan permintaan anak yang dicetuskan dalam tantrum, membuat anak merasa “sukses” melancarkan aksinya. “Akibatnya, tindakan ini akan diulanginya lagi,” papar Jacinta yang menyelesaikan di bidang psikologi klinis di Universitas Indonesia.
Tantrum juga bisa dijadikan alat tes anak terhadap orang tuanya. “Lewat cara learning by experiencing, anak akan tahu, sampai batas mana orang tua bisa tahan terhadap rengekan atau teriakan si anak,” tandas wanita bersuara lembut ini serius.
BIARKAN SENDIRI
Tindakan pertama yang harus segera dilakukan ketika anak sedang tantrum, adalah membiarkannya sendiri, selama itu memungkinkan. Anda juga bisa mencoba mengajarinya mengontrol diri lewat hal-hal kecil dengan pertanyaan-pertnyaan pilihan, hindari penggunaan kata-kata yang membuat anak hanya menjawab dengan “ya” atau “enggak”. Jika anak marah karena menginginkan sesuatu, pertimbangkan keinginan tersebut dengan serius. Mungkin saja karena ia tidak tahu cara yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya, sehingga dia marah hanya untuk sebuah keinginan yang sederhana.
HINDARI HUKUMAN FISIK
Tetap tenang adalah hal terpenting menghadapi tantrum. Anak akan menjadikan Anda sebagai contoh, jadilah contoh yang baik dengan cara tenang & tidak berteriak saat Anda sedang marah. Teriakan atau hukuman fisik hanya akan diterima oleh anak sebagai sinyal penggunaan kekuatan. “Cara marah dari orang tua atau orang dewasa di sekitar anak, bisa menjadi role model bagi anak,” tutur Jacinta.
Menghukum anak bukanlah cara yang tepat, karena anak mendapat hukuman atas tindakan yang sebetulnya tidak bisa dia kendalikan. Ketika anak tantrum, orang tua harus bisa mengalihkan perhatian anak.mengalihkan perhatian ini berguna, agar orang tua tidak lelah & terbawa emosi. Jika tantrumnya sudah lewat, barulah orang tua bisa mencari tahu apa penyebabnya. Dekapan hangat & ucapan lembut akan membuat si anak dapat mengontrol dirinya kembali. “ Jadi, bukan orang tua yang menanamkan apa yang harus dilakukan oleh anak, tapi orang tua membantu agar anak menemukan sendiri apa yang membuat dia kesal & menemukan jalan keluarnya.”
CARA MENGATASINYA
1. Beri dukungan &bantuan
Pada saat tantrum anak membutuhkan orang tua yang bisa mendengarkan mereka. Peluk pundak anak, & ucapkan kata-kata penuh pengertian.
2. Mengacuhkan tantrum anak
Selama hal itu tidak berbahaya, abaikan dia. Kalau perlu, pindah ke ruangan lain, sehingga tidak ada lagi yang memperhatikan anak yang sedang tantrum. Katakan saja padanya, “Ibu tahu adik sedang marah, Ibu akan meninggalkan kamu sampai kamu tenang. Bila pada Ibu begitu adik sudah siap untuk bicara.”
3. Antisipasi tantrum
Hindari hal yang tak perlu yang tak disukai anak, & bisa memicu tantrum. Beberapa jenis tantrum bisa dicegah dengan tidak melarang anak melakukan sesuatu secara tiba-tiba, melainkan member peringatan beberapa menit sebelum mereka melakukannya.
4. Beri waktu jeda
Kalau tantrumnya terlalu agresif & tak mungkin diabaikan oleh orang tua, pindahkan anak ke ruangan yang agak sepi selama 2-5 menit. Suruhlan anak untuk diam di kursi, di sudut, atau dikamarnya, sekitar 5 menit. Tekankan kepadanya bahwa dia harus berada di tempat tersebut, sampai bisa mengendalikan dirinya. Bila tantrum terjadi di tempat ramai, angkat lah anak ke tempat yang lebih lenggang, berilah pelukan yang menenangkan. Ketika sudah tenang, barulah anak bisa diberi pengertian mengenai keinginannya tadi.
AJAK DIALOG
Dalam dialog tersebut, buatlah agar anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. “Bukan orang tua yang menanamkan bahwa si anak harus begini atau begitu, karena anak akan tambah frustasi,” Jacinta mengingatkan. Misalnya bertanyalah seperti, “Kenapa tadi adik marah? Adik kesal ya? Kenapa adik kesal? Dada adik terasa sesak? Adik ingi apa sebetulnya?” akan membuat anak mengerti tentang penyebab rasa marah yang tadi meledak.
Menuru Jacinta, pelajarn pengenalan emosi akan membuat anak bisa mengendalikan dirinya ketika emosi tersebut datang. Selain itu juga bisa mengajak anak untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Daftar Pustaka: Brilyantini, 2004, Kumpulan Artikel Psikologi Anak, PT Intisari Mediatama, Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)